Kasus Pupuk Subsidi Menjadi Polemik Dengan Harga Selangit Petani Menjerit
Kamis, 30-06-2022 - 08:03:35 WIB
GardaTerkini.com, Serdang Bedagai - Desa Suka Damai Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Setiap kali turun sawah atau musim tanam persoalan hal yang belum bisa tuntas prihal, Pupuk Subsidi selalu menjadi keluhan para petani khususnya di Desa Suka Damai terkhusus Dsn 6,7,8, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Lagi-lagi petani mengeluh Pupuk subsidi sulit untuk didapatkan, yang hingga saat ini belum terungkap permasalahannya di Tanah Bertuah Negeri Beradat.
Sulitnya memperoleh pupuk bersubsidi, para petani pun terpaksa membeli pupuk non subsidi dan Pupuk Aceh dengan harga selangit. Akibatnya petani harus merogoh kantong lebih dalam guna membeli kebutuhan sawahnya tersebut.
Mengenai hal tersebut, Dinas Pertanian Sergai harus bertindak demi kepentingan kesejahteraan petani.
Salah seorang petani asal Desa Suka Damai, K br Gultom (61 thn) Kecamatan Sei Bamban kepada wartawan Rabu (29/06/2022) mengeluhkan kondisi pupuk subsidi sangat sulit diperoleh, padahal petani sedang membutuhkan pupuk karena dalam masa musim tanam.
“Petani sedang butuh pupuk. Tapi pupuk subsidi sulit untuk didapatkan sehingga petani mau tidak mau membeli pupuk non subsidi,”ujarnya.
Terdapat dua jenis pupuk subsidi yang langka, diantaranya yakni pupuk subsidi urea dan phonska.
Selain langkanya pupuk, sebut K.br Gultom persoalan lain yang dikeluhkan petani, yakni penebusan pupuk subsidi tetap saja digandeng dengan pupuk non subsidi.
“Dua pupuk subsidi yang langka ini merupakan pupuk jenis urea dan phonska. Mahalnya harga pupuk non subsidi membuat petani menjerit,” keluhnya.
Menurut br Gultom perihal pupuk ini terlalu banyak aturan sehingga petani kebingungan. Selain itu, harga pupuk yang mahal tak sebanding dengan hasil pertanian yang harganya murah. Sehingga mengakibatkan petani di Kabupaten Sergai merugi.
“Ini tidak seimbang sehingga tidak pernah akan terwujud Swasembada Pangan. Impor beras dari luar negeri, orang asing yang untung,”pungkasnya.
Hal juga yang sama dialami petani di Desa Bakaran Batu terkhusus Dsn Jatian, Jhonni Simanjuntak (55 Thn) kepada wartawan mengaku kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi, karena kelangkaan pupuk sudah terjadi hampir satu bulan.
Sehingga tidak ada pilihan lain, terpaksa petani membeli pupuk non subsidi meskipun harga tinggi, kami pun menduga apakah ada penimbunan pupuk subsidi tersebut.
“Sudah sebulan ini petani kelimpungan mendapatkan pupuk subsidi. Alternatifnya membeli non subsidi, mau tidak mau,”ungkapnya Jhonni nada kesal.
Jhonni, berharap dengan mudahnya mendapatkan pupuk para petani tidak akan bosan bertani sehingga kesejahteraan petani akan lebih stabil.
“Jika pupuk di Desa Bakaran Batu ini stabil, petani tidak akan bosan bertani dan kesejahteraan petani akan stabil. Jika kondisinya seperti ini terus menerus, akibatnya banyak lahan pertanian yang tidak produktif diakibatkan keberadaan pupuk yang semakin langka,” tutupnya.(derman yatviko)
Komentar Anda :